Skip to main content

Jakarta, 25 Mei 2016 – Pemerintah Indonesia menegaskan dukungannya untuk menerapkan praktik perkebunan sawit berkelanjutan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dengan Asian Agri, hari ini di Jakarta.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kemenko Perekonomian RI, Musdhalifah Machmud, dan Direktur Asian Agri, Freddy Widjaya, menandatangani komitmen berpartisipasi dalam pilot project Pencegahan Kebakaran Hutan, Kebun dan Lahan, disaksikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Darmin Nasution, dan para pimpinan dari beberapa perusahaan yang turut berpartisipasi dalam program tersebut.

Nota Kesepahaman ini adalah sebagai langkah awal dalam kerjasama dengan memanfaatkan potensi, keahlian, dan fasilitas yang dimiliki masing masing pihak dalam rangka pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Kelembagaan Pencegahan Kebakaran Hutan, Kebun dan Lahan.

“Ada 731 desa yang memerlukan pemantauan potensi kebakaran. Jika kebakaran dapat dicegah, Negara akan dapat menekan emisi karbon,” kata Menko Perekonomian RI, Darmin Nasution.

Dalam rangka mencegah terjadinya kebakaran lahan dan kebun, Asian Agri melakukan pendekatan formal dan informal kepada masyarakat desa di sekitar lokasi perkebunan kelapa sawit Asian Agri dan petani binaannya untuk meningkatkan kesadaran akan dampak kebakaran dan asap, serta membekali masyarakat dengan suatu sistem penanganan kebakaran yang menitikberatkan pada pencegahan.

Freddy Widjaya, Direktur Asian Agri, menjelaskan bahwa melalui Program Desa Bebas Api atau yang diberi nama FFVP (Fire Free Village Program), sejak awal tahun 2016. Asian Agri telah melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak kebakaran dan kabut asap. Perusahaan juga telah membantu masyarakat mengembangkan sistem yang lebih baik dari manajemen kebakaran dengan fokus pada pencegahan.

“Program ini memberdayakan dan memberi insentif kepada desa yang menghentikan praktik bakar lahan. Asian Agri telah bekerja sama dengan 8 desa di Riau dan 2 desa di Jambi pada tahun 2016,” tambah Freddy.

Manajer Sustainability Asian Agri, Zulbahri, mengatakan, “Kami mengutamakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Karena itu, kami membentuk program yang mendorong setiap desa untuk berkomitmen terhadap zero burning atau tidak melakukan praktik pembakaran dalam kegiatan perkebunan mereka, serta meningkatkan kemampuan dalam mendeteksi dan menangani laporan kebakaran.”

Zulbahri menyebutkan pentingnya meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan bahaya yang ditimbulkan oleh kebakaran dan kabut asap. Ketua tim api desa diberi pelatihan untuk menjadi penyuluh pencegahan api dan spesialis pencegah kebakaran, dengan dukungan Badan Koordinator Penyuluh Provinsi Riau. Program Desa Bebas Api juga memberikan penghargaan sebesar 100 juta Rupiah bagi setiap desa bebas api dan 50 juta Rupiah bagi desa dengan lahan terbakar kurang dari satu hektar.

“Penghargaan ini diharapkan dapat mendukung masyarakat setempat untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur publik, fasilitas dan juga peralatan pemadam kebakaran, serta memotivasi desa untuk mengadopsi praktik-praktik tidak membakar di desa mereka.”

Program ini merupakan komitmen nyata Asian Agri untuk bekerjasama dengan para pemangku kepentingan, termasuk pimpinan desa, penegak hukum dan masyarakat sekitar untuk mencegah kebakaran dan kabut asap. “Kami mengajak semua pihak untuk memantau dan melaporkan potensi area yang mudah terbakar dengan melakukan patroli bersama antara Asian Agri, masyarakat desa bebas api, pemerintah dan pihak keamanan,” kata Zulbahri. 

***

Sekilas mengenai Asian Agri:

Asian Agri Group merupakan perusahaan swasta nasional terkemuka di Indonesia yang memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sejak tahun 1979 dan mempekerjakan sekitar 25,000 orang saat ini. Sejak tahun 1987, Asian Agri telah menjadi perintis program Pemerintah Indonesia Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR – Trans). Saat ini, perusahaan mengelola 100,000 hektar lahan dan bermitra dengan 30,000 keluarga petani di Riau dan Jambi yang mengoperasikan 60,000 hektar perkebunan kelapa sawit.

Keberhasilan Asian Agri menjadi salah satu perusahaan terkemuka CPO telah diakui secara internasional dengan sertifikasi ISO 14001 untuk semua operasinya. Learning Institute di Pelalawan, Riau, serta pusat pembibitan di Kampar, Riau, juga telah bersertifikat ISO 9001. Selain itu, pusat penelitian dan pengembangan Asian Agri di Tebing Tinggi juga telah memperoleh sertifikasi oleh International Plant – Analytical Exchange di lab WEPAL di Wageningen University di Belanda, untuk standar yang tinggi.

Lebih dari 72 % dari perkebunan Inti Asian Agri di Propinsi Sumatera Utara , Riau & Jambi serta perkebunan petani plasma di Propinsi Riau & Jambi telah bersertifikat RSPO .

Pada saat yang sama, ISCC (International Sustainability & Carbon Certification) telah dicapai oleh seluruh kebun baik yang dimiliki oleh Asian Agri maupun petani binaan baik yang di bawah skema petani plasma maupun skema KKPA.

Pabrik minyak kelapa sawit dan perkebunan di Buatan, Ukui, Soga, Tungkal Ulu & Muara Bulian juga telah mendapatkan sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).


Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

Elly Mahesa Jenar  
Manajer Komunikasi Perusahaan  
E-mail: Elly_Mahesa@www.asianagri.com  
DID: +68 230 1119  
Tel: +62 811 8776 729  

Klik di sini untuk versi PDF

Leave a Reply