Skip to main content

Awal tahun 2020 semuanya masih berjalan normal. Deretan mesin jahit di sebuah rumah di Jalan Bromo, Gg.Setia Baru II nomor 28, Medan Area, Kota Medan masih aktif menggerakkan benang di atas lembar kain pesanan untuk seragam. Pun sang pemilik sekaligus pengelola usaha jahitan, Muhammad Taufik Sinaga (29), tak pernah membayangkan di bulan ketiga bisnisnya mulai melambat.

Meski akhirnya Taufik menyadari bencana dunia yang berdampak pada usaha konveksinya, ia tak menyerah. Di hadapannya ada 14 pekerja yang sebelumnya Taufik menyelesaikan pesanan hingga 2.500 seragam sekolah setiap minggu.

Berkurangnya pesanan akibat aktivitas belajar dilakukan di rumah dan permintaan seragam sekolah yang tidak mendesak bagi para siswa tahun ajaran baru, membuat pria kelahiran Pematang Siantar ini mencari solusi bagi para pekerjanya.

Pandemi Covid-19 yang memaksa setiap orang mengenakan masker untuk mencegah penularannya, juga memaksa Menyiasati penurunan omset, Taufik beradaptasi dengan situasi yang dihadapi dan bersama pekerjanya membuat pola masker berbahan kain dua lapis.

Hampir di saat bersamaan, Asian Agri memesan 14.000 masker untuk disalurkan kepada masyarakat di 42 desa di Sumatera Utara. Dengan tetap mengikuti himbauan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19, Taufik menerapkan pola kerja dengan pembagian waktu untuk 2 kelompok penjahitnya.


Baca selengkapnya di Rmolsumut.id.

 

 

Leave a Reply