Skip to main content

“Replanting itu niscaya akan dihadapi oleh semua petani sawit. Kalau tidak sekarang, mungkin besok lusa. Itu pasti”

Keyakinan tersebut dilontarkan oleh ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mulus Rahayu di Kecamatan Delima Jaya, Kabupaten Siak, Riau, Pawito Saring. KUD Mulus Rahayu menjadi koperasi petani sawit pertama di Indonesia yang sukses melakukan peremajaan lahan perkebunan kelapa sawit.

Dimulai pada bulan April 2016, 135 petani sawit anggota KUD Mulus Rahayu telah ambil bagian dalam merealisasikan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia. Mereka telah sukses meremajakan seluas 310 hektar lahan kelapa sawit.

Keteguhan hati petani sawit KUD Mulus Rahayu terbayar ketika pada bulan Desember 2018, atau kurang dari 30 bulan setelah dimulainya proses peremajaan, lahan kelapa sawit mereka telah dapat dipanen untuk pertama kalinya. 

 

Kebun kelapa sawit yang baru melalui proses peremajaan
 

Kebahagiaan petani sawit KUD Mulus Rahayu semakin lengkap ketika hasil yang diperoleh pada panen perdana ternyata jauh lebih memuaskan dari perkiraan sebelumnya. Rata-rata mereka berhasil memperoleh hasil 1,5 ton Tandan Buah Segar (TBS) pada satu siklus panen per dua hektar, dari sebelumnya hanya 750 kg TBS.

Namun, menurut Pawito, hasil memuaskan yang mereka tuai sekarang bukanlah tanpa hambatan.

Hilangnya Mata Pencaharian Utama

“Meremajakan kebun bukanlah hal yang akrab di telinga kami pada saat itu,” terang Pawito. Ia mengatakan bahwa sebagian besar petani menolak untuk meremajakan kebun setelah usia tanaman kelapa sawit mereka menginjak umur 25 tahun.

Sebagian besar petani ragu untuk melakukan peremajaan kebun kelapa sawit karena mereka harus penghadapi masa tunggu, dimana pendapatan pokok akan berkurang karena tanaman kelapa sawit belum bisa memproduksi buah.

Menurut Jamaludin, salah satu petani sawit anggota KUD Mulus Rahayu, ketidaktahuan petani mengenai apa yang harus dilakukan ketika meremajakan kebun, menjadi salah satu faktor penghambat.

“Yang ada di pikiran saya adalah apakah peremajaan ini akan berhasil? Apakah saya mampu membayar biayanya? Ketika itu saya pikir dana yang dibutuhkan untuk peremajaan sangatlah besar”

Keraguan Jamal dan Pawito perlahan terkikis ketika berhadapan dengan kenyataan bahwa kebun mereka tidak mampu menghasilkan keuntungan yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Dari yang biasanya saya dapat 5-6 ton tandan buah sawit (TBS) (per hektar per tahun), saat terakhir saya catat hanya menghasilkan 0,9 ton TBS sebelum ditumbangkan,” ujar Pawito. Kondisi tersebutlah yang mendorongnya untuk mulai mencari tahu mengenai program peremajaan lahan.

Dimulai pada bulan April 2016, 135 petani sawit anggota KUD Mulus Rahayu telah ambil bagian dalam merealisasikan program Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR) yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia. Mereka telah sukses meremajakan seluas 310 hektar lahan kelapa sawit.

Keteguhan hati petani sawit KUD Mulus Rahayu terbayar ketika pada bulan Desember 2018, atau kurang dari 30 bulan setelah dimulainya proses peremajaan, lahan kelapa sawit mereka telah dapat dipanen untuk pertama kalinya.

Kebahagiaan petani sawit KUD Mulus Rahayu semakin lengkap ketika hasil yang diperoleh pada panen perdana ternyata jauh lebih memuaskan dari perkiraan sebelumnya. Rata-rata mereka berhasil memperoleh hasil 1,5 ton Tandan Buah Segar (TBS) pada satu siklus panen per dua hektar, dari sebelumnya hanya 750 kg TBS.

Namun, menurut Pawito, hasil memuaskan yang mereka tuai sekarang bukanlah tanpa hambatan.

 

 

Meskipun begitu, belum banyak petani kelapa sawit yang memiliki pemikiran serupa dengan Pawito untuk meremajakan lahan sawit mereka yang sudah tidak lagi produktif.

“Upaya kami membujuk petani kelapa sawit yang lain untuk ikut melakukan peremajaan lahan banyak menghadapi kendala. Tidak sedikit dari mereka yang menentang ide untuk meremajakan kebun,” ungkap Pawito.

Menurut Jamal, rekan-rekan petani sawit yang lain pada waktu itu masih ragu bahwa mata pencaharian alternatif dapat menutupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Untuk membantu para petani sawit mengatasi keraguan dan ketidaktahuan mereka, Asian Agri menjadi sumber informasi utama. Petani mitra dibekali dengan berbagai ilmu seputar beternak dan budidaya tanaman hortikultura untuk memenuhi kebutuhan petani selama kebunnya mengalami masa peremajaan.

Asian Agri juga berusaha agar para petani binaan mereka bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia (BPDPKS).

Perusahaan juga menyediakan bibit unggul Topaz untuk ditanam dalam program peremajaan lahan. Topaz berpotensi meningkatkan produktivitas secara signifikan dibandingkan bibit sawit pada umumnya.

“Asian Agri mendampingi kami melalui seluruh proses peremajaan, bahkan hingga kebun kelapa sawit kami kembali berbuah,” ungkap Jamal.

 

Jamal, Komite Pengawas KUD Mulus Rahayu
 

Panen Perdana
Lebih cepat dari waktu normal panen pertama kelapa sawit pada umumnya yaitu lebih dari 36 bulan, kebun para petani KUD Mulus Rahayu yang menggunakan bibit unggul kelapa sawit Topaz sudah dapat dipanen dalam waktu kurang dari 30 bulan.

Desember 2018, menjadi periode yang menggembirakan sekaligus melegakan bagi Pawito, Jamal dan rekan-rekannya yang kini dapat menikmati hasil manis dari komitmen dan kerja keras mereka. Bersama dengan Bupati Siak, yang kini merupakan Gubernur Riau terpilih periode 2019 – 2024, Drs. H. Syamsuar M.Si., para petani melakukan seremoni panen perdana yang menandai kesiapan panen kebun mereka setelah melalui program peremajaan.

Sukses melakukan program peremajaan tahap pertama, kini 135 anggota KUD Mulus Rahayu tersebut bersiap untuk mendukung 70 petani sawit lainnya yang belum melakukan peremajaan lahan untuk ambil bagian dalam program peremajaan lahan tahap kedua yang akan dilaksanakan tahun ini.

“Saat ini kami akan masuk ke tahap peremajaan yang kedua untuk para petani yang kemarin masih ragu dalam melakukan peremajaan. Kini saya tidak perlu bersusah-susah untuk membujuk karena rekan-rekan petani sudah dapat melihat sendiri hasil dari peremajaan yang telah dilakukan,” ujar Pawito.

Hingga saat ini Asian Agri telah bermitra dengan para petani plasma dan swadaya yang mengelola lebih dari 100.000 hektar kebun kelapa sawit rakyat di Riau, Jambi, dan Sumatera Utara melalui Komitmen Kemitraan One to One. Perusahaan terus berkomitmen untuk menjangkau lebih banyak petani melalui program kemitraan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan mendukung pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia.

 

Leave a Reply