Skip to main content

Syamsul Bahri sudah mengenal baik lingkungan perkebunan kelapa sawit. Pasalnya, pria kelahiran Tapanuli Selatan tahun 1989 ini tumbuh di lingkungan keluarga yang berkecimpung di dalam industri kelapa sawit. Ayah Syamsul adalah seorang Petani Kelapa Sawit.

Latar belakang pria yang menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor ini, memacunya untuk dapat berkarir di dunia perkebunan kelapa sawit. Asian Agri menjadi perusahaan pilihan Syamsul untuk mengembangkan layar profesionalitasnya.

Bergabung di Asian Agri sejak tahun 2011, pria yang menghabiskan masa kecil di kota Pekanbaru, Riau, ini kini menjabat sebagai Koordinator untuk Continuous Improvement atau biasa disebut CI Champion di wilayah perkebunan kelapa sawit Asian Agri di Sumatera Utara.

Syamsul Bahri – Koordinator Continuous Improvement (CI)

Sebelum sampai di posisinya yang sekarang, pria yang menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor ini, telah terlebih dahulu berproses di banyak posisi lainnya di Asian Agri.

Perjalanan Syamsul di Asian Agri diawali dengan mengikuti pelatihan dasar selama enam bulan di Asian Agri Learning Institute (AALI) yang bertempat di Kabupaten Pelalawan, Riau. Setelah lulus, ia ditempatkan sebagai Asisten Afdeling hingga tahun 2014.

“Setelah itu saya diberikan tanggung jawab untuk menjadi seorang training officer di AALI, tempat pertama saya menginjakkan kaki di perkebunan kelapa sawit Asian Agri,” kata Syamsul seraya tersenyum.

Di akhir tahun 2018, Syamsul akhirnya dipercaya untuk menduduki posisi yang masih diembannya sampai saat ini, menjadi seorang CI Champion.

Syamsul menjelaskan, “Continuous Improvement di Asian Agri adalah departemen independen yang berfungsi untuk mendukung jalannya proses operasional perusahaan yang terdiri dari perkebunan, pabrik, traksi, hingga kegiatan di kantor.”

Pencapaian utama departemen ini adalah menjadi katalis bagi terwujudnya perbaikan berkelanjutan di setiap aspek operasional Asian Agri, tentu saja peningkatan ini harus sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

“Dengan kata lain, departemen Continuous Improvement hadir untuk mendukung tercapainya target yang ditetapkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan quality, productivity, dan cost,” tambahnya.

Seiring target perusahaan yang terus meningkat setiap tahunnya, Syamsul Bahri pun harus terus meningkatkan strategi-strategi segar dalam memimpin departemennya agar dapat berkoordinasi dengan banyak departemen lain.

“Secara rutin, kami akan berkoordinasi dengan Regional Head atau perwakilan dari Estate Department untuk mendiskusikan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Porsi kami adalah membantu proses identifikasi masalah, menemukan akar masalah, menyusun ide-ide untuk mencari jalan keluar,” kata Syamsul sambil menambahkan bahwa salah satu fokus CI adalah untuk melakukan fungsi PDCA yang merupakan singkatan dari Plan, Do, Check, Act.

Namun, menjadi stimulan dalam perbaikan keberlanjutan dari seluruh divisi operasional perusahaan bukanlah hal yang mudah. Sebagai Koordinator Continuous Improvement, tentu saja Syamsul menghadapi banyak tantangan yang harus ditaklukan.

“Tantangan pertama adalah untuk terus bersinergi dengan pihak operasional di tengah-tengah padatnya rutinitas mereka. Kami harus mampu menjadi motivasi agar setiap departemen mau proaktif untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus,” Syamsul mengungkapkan.

Tidak terbatas pada hal itu saja, tantangan selanjutnya adalah mempertahankan konsistensi dalam perbaikan berkelanjutan.

“Kami harus terus memacu pihak operasional, terutama yang mengurus langsung perkebunan kelapa sawit, untuk senantiasa mencari inisiatif dalam mencapai target yang terus meningkat, meski kami dari departemen Continuous Improvement tidak bisa setiap hari mendampingi mereka,” ucap Syamsul.

Untuk dapat menyelesaikan serangkaian tanggung jawab di departemen Continuous Improvement, kemampuan komunikasi dan negosiasi menjadi syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang CI Champion.

“Setiap CI Champion harus memiliki rasa ingin tahu dan semangat belajar yang tinggi, hal itu akan memudahkan kami untuk beradaptasi dengan kultur yang berbeda-beda di setiap departemen yang harus kami dampingi,” kata Syamsul.

Bagi ayah dua anak ini, tantangan baru berarti pelajaran baru danilmu baru. Itu pula yang ia dapatkan di Asian Agri.

Asian Agri - Learning and Growth Goal

“Bekerja di Asian Agri, anda tidak akan pernah merasa puas. Di sini, tidak ada yang namanya terjebak di dalam zona nyaman. Setiap harinya anda akan menginginkan tantangan yang baru dan lebih menantang lagi. Setidaknya, itulah yang saya rasakan selama delapan tahun di sini,” kata Syamsul lagi.

Namun, meski hari-harinya dipadati dengan kunjungan ke berbagai area operasional, diselingi sesi diskusi dengan tim dari berbagai divisi, Syamsul Bahri tetap bisa menyeimbangkan pencapaian professional dan kehidupan pribadinya.

“Saya membawa istri dan kedua anak laki-laki saya untuk tinggal bersama di perkebunan kelapa sawit. Awalnya memang terasa berat karena perkebunan kelapa sawit cenderung jauh dari keramaian kota. Namun, semakin lama kami semakin nyaman dengan keheningan dan kehangatan masyarakat di perkebunan kelapa sawit,” ungkap Syamsul.

Bukan hanya pemimpin di departemen Continuous Improvement, Syamsul Bahri juga merupakan sosok pemimpin di daerah perumahan staf Asian Agri. Seringkali ia menginisiasi kegiatan bersama seperti olah raga dan arisan, melibatkan anggota timnya agar ikatan kultural semakin kental.

Syamsul bercerita bahwa tumbuh besar di wilayah yang dekat dengan perkebunan kelapa sawit membuatnya belajar arti kesederhanaan sejak kecil.

“Kegiatannya sederhana, yang penting nilai kebersamaannya luar biasa. Agar kami dapat terus memperbaiki diri bersama-sama di Asian Agri,” katanya sambil tertawa renyah.

Ikuti jejak Syamsul Bahri! Bersama Asian Agri, ciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat dan negara karena kami adalah bagian dari kehidupan masyarakat. Bergabunglah bersama kami!

Leave a Reply