Skip to main content

Petani Swadaya kerap kali terjebak dalam sebuah siklus; dimana mereka membutuhkan pelatihan dan peralatan yang lebih baik untuk meningkatkan hasil panen dan pendapatan mereka, namun terhalang minimnya modal yang mereka miliki untuk berinvestasi.

Karena alasan tersebutlah, Asian Agri tergerak untuk membuat program Desa Sawit Lestari yang diluncurkan pada tahun 2015. Program ini dibuat untuk membantu para petani dalam menanggulangi rendahnya hasil panen perkebunan sawit mereka. Para petani tersebut diajak bekerja sama selama 3 tahun untuk memperbaiki lahan perkebunannya.

Ide Desa Sawit Lestari, yang merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility Asian Agri, ini muncul ketika para warga yang berprofesi sebagai petani sawit sering dihadapkan dengan berbagai permasalahan, seperti, produktivitas yang terus menurun dan harga sawit yang juga turun.

Turunnya produktivitas tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya, bibit dan pupuk yang digunakan para petani memiliki kualitas yang rendah. Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan para petani tentang praktik bertani berkelanjutan dan minimnya akses untuk mendapatkan peralatan yang memadai.

“Banyak dari mereka tidak mengerti bagaimana tata cara mengelola perkebunan yang baik dan benar, maka dari itu kami hadir untuk mengedukasi mereka,” kata Benjamin Hutagalung, selaku Koordinator CSR Asian Agri di Provinsi Riau.

“Kami ingin masyarakat desa yang kami bina menjadi mandiri. Sehingga mereka tidak terus-terusan bergantung kepada orang lain”.

Program Desa Sawit Lestari ini telah berjalan di dua desa, di antaranya Desa Ukui Dua di Kabupaten Pelalawan dan Desa Petapahan di Kabupaten Kampar.

Lahan milik para petani tersebut ditanami oleh bibit unggul yang berasal dari Asian Agri, yang bernama bibit Topaz. Bibit tersebut merupakan hasil dari inovasi tim Riset dan Pengembangan Asian Agri, yang telah terbukti kualitasnya.

 

Program ini merupakan proyek gabungan antara Asian Agri dan masyarakat setempat, yang bertujuan agar para petani mengetahui cara terbaik dalam bertani, dan mendapatkan suplai pupuk berkualitas. Kelak ketika umur perkebunan tersebut menginjak 3 tahun, pengelolaan lahan perkebunan tersebut sepenuhnya akan kembali diserahkan kepada masyarakat desa.

“Jadi kami memberikan bekal yang cukup kuat kepada para warga desa untuk mereka mengelola perkebunannya secara mandiri,” lanjut Benjamin.

“Selain itu mereka juga tidak kebingungan lagi untuk memasarkan hasil perkebunannya, karena ketika masa panen tiba, mereka bisa langsung menjualnya ke Asian Agri,” lanjut Benjamin.

Melalui program ini, Asian Agri kini telah mengelola lahan perkebunan milik warga sebesar 11,6 Ha (2,7 Ha di Desa Petapahan dan 8,9 di Desa Ukui Dua). Meskipun baru berjalan 2 tahun, program ini dianggap telah sukses karena berhasil meningkatkan penjualan kelapa sawit milik warga.

“Pendapatan mereka pun meningkat, seiring dengan meningkatnya hasil perkebunan,” ujar Benjamin.

Dengan menjadikan desa sebagai bagian dari pemangku kepentingan dalam proses produksi sawit berkelanjutan, program Desa Sawit Lestari berupaya untuk meningkatkan perekonomian di desa tersebut.

Setiap pendapatan yang para petani dapatkan dari hasil penjualan kelapa sawit ini, akan masuk ke kas koperasi unit desa, yang nantinya akan digunakan untuk membangun fasilitas desa. Dengan cara ini Asian Agri mampu untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasi perusahaan.

Leave a Reply