Skip to main content

Puluhan ribu hektar hamparan perkebunan kelapa sawit yang berada di Sumatra Utara, Riau dan Jambi berkembang melalui puluhan ribu pasang tangan petani Indonesia yang bermitra dengan Asian Agri. Kemitraan yang produktif itu memungkinkan para petani dan keluarga menikmati buah manis dari kerja keras mereka. 


Sumber bagi Hidup Berkelanjutan untuk Petani

Para petani yang kini menjadi mitra PT Inti Indosawit Subur (Asian Agri) – awalnya tidak memiliki pekerjaan tetap di desanya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Semua berubah saat mereka memutuskan bermitra dengan Asian Agri. Tujuannya sederhana, untuk meningkatkan taraf hidup keluarga mereka. Berawal dari program transmigrasi pemerintah (PIR – Trans), para petani dari berbagai provinsi datang ke lokasi perkebunan kelapa sawit Asian Agri, yang menetapkan pola pengembangan Perkebunan Inti Rakyat (PIR). 

Diantaranya adalah para petani yang bertransmigrasi ke Provinsi Riau. Mereka yang tergabung dalam Kelompok Tani (KT) di sana mengakui telah menerima manfaat besar setelah konsisten mengelola kebun kelapa sawit dengan pembinaan Asian Agri selama bertahun-tahun.

“Tahun 1991 saya beramai-ramai bertransmigrasi dari Ponorogo ke Riau dengan tangan kosong. Setibanya di area perkebunan, ternyata saya diberikan sebuah rumah dan lahan seluas dua hektar. Sampai hari ini, saya masih terus bekerja menjadi petani plasma Asian Agri. Seandainya dulu saya tidak ikut transmigrasi, pasti saya tidak bisa menyekolahkan anak-anak sampai jadi sarjana seperti sekarang,” ucap Samdi (60), petani yang tergabung dalam KT Rawa Mukti.

Tak hanya Samdi, petani-petani lain pun memiliki kesan mendalam yang mereka rasakan sebagai mitra Asian Agri. Yatno, seorang petani lainnya, kini berpenghasilan mencapai 10 juta Rupiah per bulan melalui KT Sehati.

“Di daerah saya dulu, Medan, saya hanya mengandalkan sebuah angkutan umum yang saya punya. Terkadang juga menerima pesanan jahitan. Hidup sangat pas-pasan saat itu. Tapi ketika saya memutuskan untuk pindah ke kebun sawit Asian Agri tahun 2001, banyak sekali perbedaan dalam hidup saya. Pelan-pelan saya membeli lahan lagi sampai delapan hektar, jadi saya bisa menghidupi istri dan lima anak saya dengan layak,” tutur Yatno.

Dalam hal hubungan kemitraan antara petani dan pihak perusahaan, Yatno mengaku tidak pernah bersinggungan dengan masalah. “Asian Agri sangat mendukung dan membantu kami (para petani). Misalnya kalau ada masalah hama di kebun, saya laporkan ke perusahaan, dan mereka langsung turun memberi solusi,” jelasnya.

Penghasilan yang mereka dapatkan itu tak lain adalah hasil mereka menanam dan memanen Tandan Buah Segar (TBS), yang kemudian ditimbang dan dibeli oleh pabrik Asian Agri dengan harga yang ditetapkan pemerintah. TBS tersebut kemudian diolah menjadi minyak sawit (CPO) yang akan diekspor maupun digunakan untuk kepentingan domestik. Frekuensi panen ini dilakukan sepuluh hari sekali, dan setiap bulan mereka mendapat persentase penghasilan dari akumulasi jumlah tandan kelapa sawit yang berhasil dipanen.

“Dengan menjadi petani sawit mitra Asian Agri melalui KT Sabar Barokah, saya tidak takut hasil tani tidak habis terjual. Sebab semuanya ditampung oleh perusahaan. Suasana hidup pun tenang, keamanan terjamin, orang-orang di sini semuanya jadi tenang,” ucap Mimin (58), petani plasma asal Garut yang bertransmigrasi ke Riau tahun 1991.

Pola kemitraan itulah yang diyakini oleh Sunarto, kepala KUD Bhirawa Bhakti, sebagai bentuk kerjasama yang ideal. “Petani dan Asian Agri bekerjasama, bukan bekerja bersama-sama. Kedua pihak saling menguntungkan, sehingga seluruh petani di sini—termasuk saya, dapat mengubah nasib,” ungkapnya.


Meningkatkan Standar Hidup Masyarakat

Sebagai mitra bagi petani, Asian Agri juga memberikan perhatian bagi masyarakat. Dukungan untuk meningkatkan standar hidup masyakarat ditunjukkan dengan fasilitas kesehatan dan pendidikan. Asian Agri memiliki klinik yang tersebar di setiap lokasi perkebunan, sehingga keluarga petani dapat berobat tanpa batasan waktu.

Asian Agri pun mendirikan sekolah dasar (SD) yang guru-gurunya selalu diberikan penyuluhan dan pelatihan dalam berbagai bidang, seperti Pelita Sehat, Pelita Perpustakaan, dan Pelita Guru Mandiri.

Selain mengutamakan hubungan kemitraan dan kesejahteraan petani, Asian Agri juga memprioritaskan konservasi sehingga dapat turut serta menjaga kekayaan alam Indonesia. Hal itu dapat terlihat dari area konservasi di beberapa titik dekat perkebunan, seperti sungai, pemakaman, hutan lindung, dan hutan sialang yang merupakan habitat lebah.

 

Leave a Reply