Skip to main content

Setiap musim kemarau, ribuan titik panas atau hotspot muncul di Indonesia, khususnya di lahan gambut dan perkebunan di Sumatra dan Kalimantan. Pada tahun El Niño, risiko kebakaran meningkat karena musim kering lebih panjang dan hujan turun lebih lambat. Kondisi ini menciptakan peluang ideal bagi api untuk muncul dan menyebar, sehingga pencegahan menjadi prioritas utama.

Titik panas adalah area dengan kenaikan suhu tanah signifikan, terdeteksi melalui pemantauan satelit berbasis suhu. Namun, satelit hanya merekam wilayah dengan suhu permukaan yang tidak biasanya tinggi sehingga data perlu dianalisis dengan cermat. Peningkatan suhu bisa dipicu oleh berbagai hal, seperti pantulan jalan, dinding bata, tumpukan daun kering, atau asap dapur.

Karena itu, data titik panas berpotensi menyesatkan jika tidak dilakukan verifikasi secara langsung di lapangan.Di Asian Agri, kami menerapkan metode ground-truthing untuk memastikan keakuratan setiap titik panas terdeteksi.Tim respons kebakaran mendatangi lokasi terkait guna memantau kondisi sebenarnya sebelum melakukan langkah penanganan berikutnya. Dengan cara ini, kami memastikan tindakan pencegahan tepat, efektif, dan berbasis data valid, bukan sekadar asumsi.

Pentingnya pendekatan ini akan lebih terasa jika dilihat dalam gambaran besar.

Berdasarkan data dari SiPongi, sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan daring milik Kementerian Kehutanan, tercatat seluas 376.805,05 hektare hutan dan lahan terbakar di seluruh Indonesia sepanjang 2024. Dari angka tersebut, Kalimantan Timur menjadi provinsi dengan luas kebakaran terbesar, disusul oleh Riau dan Aceh.

Kebakaran ini menghasilkan asap tebal yang memenuhi udara, mengganggu aktivitas sehari-hari, serta berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, baik di sekitar lokasi maupun di daerah yang jauh. Dalam kasus serius, seperti krisis kabut asap 2015, asap dari kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia bahkan menyebar hingga ke negara tetangga, termasuk Malaysia, Singapura, dan sebagian wilayah Thailand.

Dampaknya sangat signifikan. Jarak pandang menurun drastis hingga di bawah satu kilometer, sekolah-sekolah terpaksa ditutup, dan kasus gangguan pernapasan meningkat tajam.

Bagi Asian Agri, mengelola risiko kebakaran bukan sekadar menjaga kelancaran produksi minyak sawit. Lebih dari itu, ini tentang bekerja sama dengan desa-desa sekitar untuk mencegah kebakaran dan melindungi lingkungan. Melalui Program Desa Bebas Api (DBA), Asian Agri berkomitmen memberdayakan masyarakat agar dapat menjaga lahannya tetap aman dan bebas api, bahkan di musim-musim yang penuh tantangan.

Artikel ini akan membahas:

  • Bagaimana fenomena El Niño meningkatkan risiko kebakaran di lahan gambut dan perkebunan Indonesia
  • Bagaimana Asian Agri mempersiapkan diri menghadapi kondisi kering ekstrem melalui deteksi dini, pelatihan, dan kesiapsiagaan sepanjang tahun

Apa itu El Niño

El Niño adalah fenomena iklim alami yang berasal dari Samudra Pasifik dan bisa memengaruhi cuaca di berbagai belahan dunia. Fenomena ini terjadi ketika suhu permukaan laut di sekitar garis khatulistiwa naik setidaknya setengah derajat atau lebih.

Kenaikan suhu sekecil apa pun ternyata bisa mengubah pola cuaca dan meningkatkan risiko kekeringan di banyak daerah.

Di Indonesia sendiri, El Niño biasanya berarti curah hujan berkurang, awal musim hujan jadi tertunda, dan musim kemarau berlangsung lebih lama. Kondisi seperti ini membuat potensi kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah gambut, semakin besar.

Karena El Niño bisa memperbesar risiko kebakaran, Asian Agri selalu memperkuat upaya pencegahan saat periode ini. Itulah kenapa tindakan antisipasi sejak awal menjadi penting.

Di Asian Agri, kami bekerja sama erat dengan masyarakat setempat untuk mencegah kebakaran sejak dini. Karena dampak El Niño dapat berlangsung selama beberapa bulan, strategi pencegahan kebakaran kami berfokus pada langkah antisipasi, mencakup mulai dari deteksi dini, respons cepat, hingga kesiapsiagaan masyarakat.

Lewat program seperti Desa Bebas Api (DBA), kami berupaya meningkatkan kesadaran, mengurangi risiko, dan mendukung berbagai upaya pencegahan kebakaran, terutama saat musim kemarau yang dipengaruhi El Niño.

Tim Fire Asian Agri melakukan patrol untuk memantau titik panas di sekitar wilaya operasional

Kesiapan untuk Menghadapi El Niño

Di Asian Agri, pencegahan kebakaran tidak dimulai saat asap terlihat. Upaya ini dimulai jauh lebih awal, melalui langkah-langkah yang dilakukan sepanjang tahun dengan persiapan khusus menghadapi risiko yang meningkat akibat fenomena El Niño.

Tim pemadam kebakaran kami aktif bekerja di lapangan, memantau pola cuaca, mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini, dan menjalin kerja sama erat dengan masyarakat sekitar. Ketika potensi El Niño mulai terlihat, peran ini menjadi semakin penting.

Salah satu hal pertama yang diperhatikan tim adalah munculnya hotspot.

Hotspot adalah salah satu indikator awal yang kami perhatikan dalam menilai potensi kebakaran,” jelas Dani Nugraha Syafly, Fire Assistant di Asian Agri. “Hotspot membantu kami mendeteksi kenaikan suhu permukaan tanah yang tidak normal, bahkan sebelum tanda-tanda kebakaran terlihat. Informasi dini ini memberi kami waktu krusial untuk merespons dengan cepat dan mencegah api meluas.”

Tentu, respons cepat ini tidak mungkin dilakukan tanpa pelatihan yang tepat. Setiap anggota baru menjalani sesi pelatihan pencegahan kebakaran dan penanganan darurat di Asian Agri Learning Institute (AALI).

Saat musim El Niño, kami mengadakan pelatihan penyegaran tambahan untuk memastikan tim kami siap menghadapi peningkatan risiko kebakaran dan dapat bergerak cepat bersama otoritas pemadam kebakaran setempat saat tindakan diperlukan.

Namun, pelatihan hanyalah salah satu bagian dari kesiapsiagaan kami sepanjang tahun. Di luar musim kemarau, tim kami fokus pada:

  • Merawat dan memelihara peralatan pencegah kebakaran,
  • Memantau area berisiko tinggi yang menjadi lebih kering saat El Niño,
  • Serta melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para petani.

Rangkaian kegiatan berkesinambungan ini—mulai dari pelatihan, perawatan peralatan, pemantauan, hingga keterlibatan masyarakat—memastikan kesiapan tim menghadapi puncak El Niño secara efektif dan terkoordinasi bersama mitra desa. Tim kami juga bekerja sama dengan otoritas pemadam kebakaran setempat untuk merespons cepat dan mencegah titik api kecil berkembang menjadi kebakaran besar.

Seperti yang disampaikan Dani, “Kami tidak menunggu musim kebakaran untuk bertindak. Pencegahan dimulai jauh sebelum titik api pertama muncul.” Sepanjang tahun, tim kami hadir di lapangan, membangun hubungan, meningkatkan kesadaran, dan membantu setiap desa memahami risiko yang ada. Kami tidak bersikap reaktif; kami mengambil langkah proaktif.

Pendekatan ini menjadi semakin penting saat fenomena El Niño terjadi, ketika musim kemarau yang lebih panjang meningkatkan risiko kebakaran. Melalui Program Desa Bebas Api, Asian Agri bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mencegah kebakaran, memberikan pelatihan, dan meningkatkan kesadaran.

Upaya ini membantu desa-desa mempersiapkan diri menghadapi musim kering dan mengelola risiko kebakaran dengan lebih efektif. Dengan membekali masyarakat dengan pengetahuan dan alat yang tepat, program ini mengurangi kemungkinan titik api kecil berkembang menjadi kebakaran besar.

Ingin tahu bagaimana program ini berjalan di lapangan?
Pelajari bagaimana Program Desa Bebas Api memberdayakan desa melalui penyediaan alat, pelatihan, dan dukungan, sehingga masyarakat dapat memimpin upaya pencegahan kebakaran.

Frequently Asked Questions (FAQ)

Apa itu Program Desa Bebas Api (DBA)?

Program Desa Bebas Api (DBA) adalah inisiatif Asian Agri untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan melalui pendekatan berbasis komunitas. Program ini memberikan pelatihan, peralatan pencegahan kebakaran, kampanye edukasi, dan insentif berbasis kinerja kepada desa-desa peserta. Melalui program ini, masyarakat diberdayakan untuk memantau risiko, mendeteksi titik panas lebih awal, dan merespons dengan cepat, terutama pada musim kemarau dan fenomena El Niño.

Mengapa Niño Meningkatkan Risiko Kebakaran?

El Niño meningkatkan risiko kebakaran di Indonesia. Cuaca menjadi lebih panas dan kering, musim hujan tertunda, dan kemarau berlangsung lebih lama. Kondisi ini membuat vegetasi dan lahan gambut cepat kering, sehingga percikan api kecil dapat memicu kebakaran besar. Untuk mengantisipasinya, Asian Agri memperkuat strategi pencegahan kebakaran dengan meningkatkan pemantauan titik panas, melatih tim pemadam, dan bekerja sama dengan masyarakat setempat.

Mengapa pencegahan kebakaran penting di perkebunan dan kawasan gambut?

Pencegahan kebakaran sangat penting di perkebunan dan lahan gambut. Tujuannya melindungi keselamatan jiwa, properti, keanekaragaman hayati, dan kualitas udara. Upaya ini juga menjaga hasil panen kelapa sawit serta mendukung produksi berkelanjutan. Di lahan gambut, pencegahan lebih mendesak karena gambut kering mudah terbakar. Kebakaran gambut juga sulit dipadamkan karena merambat di bawah permukaan tanah. Melalui Program Desa Bebas Api dan pelatihan sepanjang tahun, Asian Agri bekerja sama dengan masyarakat setempat. Tujuannya mendeteksi titik api sejak dini dan mengendalikan kebakaran sebelum meluas.

Peralatan apa saja yang digunakan untuk pencegahan dan perlindungan kebakaran?

Asian Agri bersama tim pemadam kebakaran lokal menggunakan peralatan khusus untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran agar dapat mendeteksi potensi risiko lebih awal dan merespons dengan cepat. Peralatan yang digunakan meliputi:

  • Pompa air bertekanan tinggi untuk memadamkan api
  • Selang dan nosel untuk mendistribusikan air secara efektif
  • Perlengkapan pelindung diri untuk menjaga keselamatan tim pemadam
  • Perangkat komunikasi seperti radio dan GPS untuk koordinasi lapangan
  • Sistem pemantauan hotspot berbasis satelit untuk mendeteksi potensi kebakaran sejak dini

Baca lebih lanjut tentang komitmen keberlanjutan Asian Agri.