Skip to main content
 

Dalam beberapa tahun terakhir, minyak sawit telah menjadi salah satu topik yang paling dibicarakan di dunia. Perkebunan kelapa sawit telah dituduh menyebabkan masalah lingkungan seperti emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang merupakan penyumbang utama pemanasan global dan perubahan iklim. Karbon dioksida dan gas metana adalah penyebab utama gas rumah kaca. Para pemangku kepentingan mengharapkan perusahaan untuk memonitor sumber gas rumah kaca dan menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi emisi tersebut.

Asian Agri telah melakukan pengujian baku mutu emisi udara melalui cerobong boiler dan generator berdasarkan ISO 14001 mengenai prosedur Sistem Manajemen Lingkungan. Hal ini dimonitor secara teratur oleh tim internal kami setiap 6 bulan dan diverifikasi oleh pihak ketiga.

Kami juga melakukan perhitungan GRK untuk semua pabrik dan perkebunan kami di setiap tahunnya berdasarkan perhitungan GRK sesuai pedoman ISCC dan RSPO. Perhitungan ini memungkinkan produsen minyak sawit untuk memperkirakan dan memantau emisi gas rumah kaca mulai dari kebun sampai pabrik. Hal ini juga memungkinkan produsen minyak sawit untuk mengidentifikasi daerah-daerah penting dalam rantai produksi kami sehingga dapat membantu dalam mengurangi emisi. Perhitungan GRK kami untuk ISCC dan sertifikat RSPO telah diverifikasi oleh auditor.

Table Emisi GRK (berdasarkan Perhitungan Palm GHG RSPO)

Provinsi Emisi GRK di Tanah Mineral
(t CO2 eq / t CPO)
Emisi GRK di Tanah Gambut
(t CO2 eq / t CPO)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
Sumatera Utara 0.99 1.38 1.22 25.66 28.71 28.31
Riau 1.03 1.13 1.52 10.84 11.87 11.50
Jambi 1.05 1.32 1.62 N/A N/A N/A

Emisi terbesar dari gas rumah kaca adalah perubahan fungsi lahan dan limbah pabrik kelapa sawit (POME), sedangkan kreditur terbesar dari gas rumah kaca adalah penyerapan tanaman, penangkapan gas metana dan pilihan energi terbarukan lainnya. Tanah gambut adalah tanah organik dengan kandungan karbon yang tinggi di mana pada saat dikeringkan untuk pertanian akan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi. Namun, dengan Praktik Manajemen Terbaik (BMP), emisi tersebut dapat diminimalkan.

Asian Agri menyadari bahwa untuk meminimalisasikan emisi gas rumah kaca, kami harus menerapkan teknologi masa depan dalam menjalankan praktik-praktik perkebunan terbaik kami. Oleh karena itu, kami telah terlebih dahulu mengidentifikasi sumber terbesar emisi gas rumah kaca dan penyerapan karbon dalam operasi kami dan kemudian kami mencoba berbagai metode yang layak untuk mencapai tujuan tersebut.

Salah satu pendekatan yang diadopsi oleh Asian Agri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah instalasi pembangkit listik tenaga biogas dengan teknologi penangkapan gas metana . Saat ini, kami sudah membangun 5 pabrik biogas di Sumatera Utara, Riau dan Jambi. Pabrik biogas akan menangkap gas metana yang dihasilkan dari kolam limbah di pabrik. Hal ini akan berdampak signifikan dalam mengurangi jejak karbon kita.

Setiap pabrik biogas dibangun di pabrik dengan kapasitas 60 ton / jam yang berpotensi untuk menghasilkan listrik dengan kapasitas 2 MW atau 2.000.000 watt. Dengan perkiraan setiap rumah menggunakan 900 watt, maka setiap pabrik biogas dapat menghasilkan listrik untuk 2.000 rumah. Selain 2 unit pabrik biogas di Riau, Asian Agri juga telah membangun 3 pabrik biogas lainnya. Dua unit dibangun di Asahan dan 1 unit di Jambi. Khususnya di Provinsi Jambi, pabrik biogas kami adalah pabrik biogas pertama. Jika 5 pabrik biogas ini beroperasi, maka Asian Agri mampu menghasilkan 10 MW listrik dan akan dapat mendukung pasokan energi nasional. Pada tahun 2020, Asian Agri mempunyai target untuk membangun 20 pabrik biogas.

Selain itu, kami juga memasang 11 gassifiers di pabrik kami. Gasifikasi adalah proses mengubah bahan bakar fosil untuk campuran gas. Campuran gas akan menghasilkan syngas (sintesis gas) yang merupakan bahan bakar. Daya yang dihasilkan dari gasifikasi dan pembakaran dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar, penggunaan tersebut dapat mengurangi sekitar 30% dari konsumsi bahan bakar fosil kami.

Kami telah berpartisipasi dalam berbagai organisasi untuk menentukan metodologi untuk menghitung GRK melalui RSPO dan ISPO. Kami juga turut berpartisipasi dalam diskusi Kelompok Kerja GRK RSPO dan telah memberikan masukan pada perhitungan PalmGHG selama proses percobaan. Kami juga secara aktif berpartisipasi dalam seminar GRK ISPO untuk merancang desain perhitungan GRK bersama dengan pemangku kepentingan lainnya.

Leave a Reply