Skip to main content

Kami menyadari bahwa perkebunan di lahan gambut berpotensi dapat menjadi sumber besar emisi gas rumah kaca, jika tidak dikelola dengan baik. . Oleh karena itu, Asian Agri berkomitmen untuk melaksanakan Praktek Manajemen Terbaik di semua penanaman gambut (sebagaimana diatur dalam pedoman BMP RSPO untuk lahan gambut, yang perumusannya dibantu Asian Agri dengan penekanan pada penerapan praktek pengelolaan air yang baik).

Asian Agri, didukung oleh tim R&D yang kompeten, telah melakukan pemetaan tanah dan survei untuk mengidentifikasi jenis tanah di perkebunan kami. Beberapa perkebunan kami yang didirikan pada tahun 1980 berada di lahan gambut. Lahan gambut yang dipetakan pada perkebunan Asian Agri dimanfaatkan untuk penerapan Praktek Manajemen Terbaik, termasuk pemberian nutrisi yang tepat, mencegah kelebihan pencucian nutrisi mengalir ke saluran air agar tidak terjadi eutrofikasi, pengelolaan air yang optimal dan memantau penurunan permukaan air.

Sebagai anggota RSPO, kami melakukan praktek pengelolaan air untuk perkebunan berdasarkan Praktek Manajemen Terbaik RSPO bagi lahan gambut. Persyaratan paling mendasar yang harus dipenuhi sebelum membudidayakan apapun pada gambut adalah studi tentang drainase daerah tersebut. Proses penilaian akan menentukan pengelolaan air yang cocok untuk dilakukan pada lahan gambut misalnya penggunaan sodetan, pintu air dan bendungan (struktur pengendalian air).

Hal tersebut berfungsi untuk mencegah masuknya air yang berlebihan selama periode hujan ketika tingkat air sungai tinggi serta mencegah kekeringan selama musim kemarau.

Drainase yang berlebihan tidak hanya meningkatkan laju oksidasi gambut (emisi GRK), juga merusak struktur fisik dari gambut itu sendiri dan dengan demikian, sangat merugikan pertumbuhan kelapa sawit dan hasilnya. Tiang pengukur ketinggian gambut dipasang di lokasi-lokasi strategis di perkebunan untuk memantau tingkat penurunan kadar gambut secara bulanan.

Prosedur kami mengharuskan tingkat air drainase sepanjang tahun berada pada level 50 – 70 cm dari permukaan tanah. Hal ini sejalan dengan pedoman RSPO untuk praktie-praktek manajemen terbaik pada budidaya kelapa sawit di lahan gambut (2012).

Perkebunan lahan gambut berada di Sumatera Utara dan Riau. Saat ini kami mengelola delapan perkebunan lahan gambut. Ini mewakili sekitar 17 persen dari total area di bawah pengelolaan kami.

Seperti perkebunan tua kami pada lahan gambut yang telah memasuki fase tanam , prosedur kami membutuhkan penilaian drainabilitas yang harus dilakukan sebelum penanaman kembali untuk menentukan kesesuaian lahan untuk siklus berikutnya penanaman kelapa sawit.

Kami juga berkomitmen untuk kebijakan “tidak melakukan penanaman baru” di lahan gambut terlepas dari kedalaman daerah pengembangan baru. Sebelum dilakukan penanaman baru, para ahli gambut kami dari departemen R&D akan memetakan dan melakukan penilaian terhadap lahan gambut . Hasilnya digunakan untuk menghasilkan peta lahan gambut yang menunjukkan daerah yang harus dilindungi dari setiap pengembangan baru. Kami juga melakukan pemantauan penggunaan air untuk semua pabrik dan perkebunan kami.

 

Leave a Reply